Keberuntungan: Ketika Kerja Keras bertemu Kesempatan

Mungkin masih banyak orang berpikir bahwa orang berhasil karena memiliki keberuntungan (lucky) yang besar.

Kisah nyata yang inspirasional dari salah satu pendiri Start Up terbesar pertama di Indonesia ini membuktikan bahwa keberuntungan menjadi nyata ketika Kerja Keras bertemu dengan… Kesempatan.

Kerja Keras yang dilakukan secara tekun (perseverance) berakar kepada Positive Mental Attitude (PMA) dan menghasilkan buah dalam bentuk Hasil. Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Kerja keras berada dalam kendali Anda, oleh sebab itu Anda yang harus mengendalikan mood, bukan sebaliknya, supaya hasil kerja keras Anda juga konsisten.

Bagaimana dengan kesempatan? An Opportunity is like a flash, come and go very fast. Kesempatan merupakan momentum yang langka bagi banyak orang yang sering memiliki sikap mental negatif (NMA) karena kesempatan diluar kendali Anda. Ketika kesempatan datang disaat Anda bersikap negatif, maka kesempatan tersebut menjadi hilang percuma karena respon Anda negatif

Sebaliknya, orang yang melihat konsistensi Anda dalam bekerja keras (PMA) akan memberikan kesempatan yang lebih besar karena percaya setelah melihat proses yang Anda lewati.

Ingin menjadi orang yang beruntung? Terus konsisten berpikir positif (PMA) untuk bekerja keras seperti yang dilakukan oleh William Tanuwijaya yang sukses membawa Tokopedia menjadi Unicorn, bahkan terus naik tingkat menjadi Decacorn di Indonesia.

Salam Parajawara

Apakah Brand penting dalam bisnis B2B?

Di masa lalu, brand positioning dianggap sangat penting untuk bisnis B2C, tetapi tidak relevan untuk bisnis B2B.

Mayoritas pandangan yang SALAH mengenai B2B adalah:

  • Harga adalah kekuatan pendorong di balik keputusan pembelian dalam B2B
  • Pembeli B2B adalah pembuat keputusan rasional yang tidak tergerak oleh faktor emosional, termasuk brand
  • Hubungan antara tenaga penjualan dan pembeli lebih penting daripada brand
  • Produk B2B terlalu kompleks untuk menggunakan tagline

Namun, pandangan-pandangan tersebut telah berubah, dan kebanyakan orang sekarang memahami bahwa branding sama pentingnya bagi B2B dan B2C.

Pembeli B2B adalah manusia, dan manusia bersifat emosional. Manusia pada umumnya membuat keputusan dengan mengandalkan kesan pertama mereka dari ingatan, citra, dan perasaan yang tersimpan. 

Emosi berdampak pada pengambilan keputusan ekonomi. Brand secara inheren beroperasi pada tingkat emosional dengan merangsang bagian otak yang menyimpan reaksi emosional. Dengan menciptakan brand association yang tepat dalam benak prospek Anda, Anda dapat mulai melakukan kesepakatan sebelum penjualan dimulai. 

Kepercayaan dapat diraih dengan membuat brand Anda menjadi pemain dominan di pasar, atau dengan menjadi top of mind di awal siklus pembelian.

Manfaat brand B2B yang kuat

Bisnis B2B dapat memperoleh banyak manfaat dari brand yang kuat. Brand B2B yang kuat:

Continue reading “Apakah Brand penting dalam bisnis B2B?”

Public Training: Strategic Brand Development 4.0

Branding telah memasuki generasi ke-4. Dan pada fase ini, brand tidak akan pernah lagi memiliki pesan yang sama kepada 100 juta konsumen. Branding 4.0 akan menawarkan 100 juta pesan yang berbeda untuk setiap konsumen individu. 

Branding 4.0: Pengalaman Brand yang Personal

Era internet berpengaruh signifikan terhadap branding, dan secara radikal mendefinisikan ulang branding. Saat ini, melalui Tokopedia, Bukalapak dan banyak e-commerce lainnya, konsumen dapat berbelanja brand pilihan mereka secara daring dengan cepat atau mudah mengganti produk yang masih ada di rumah mereka.

Apa dampak situasi ini terhadap branding? Bagaimana strategi Anda meluncurkan brand ke situasi yang sangat hiruk-pikuk dan banjir informasi seperti ini? Bagaimana kita meraih dan menjaga brand loyalist pada situasi yang kompetitif? Bagaimana brand melibatkan konsumen dan menciptakan hubungan yang erat?

Big Data menyediakan beberapa jawaban ini. Sekarang, seorang pemasar memiliki pengetahuan yang sangat spesifik tentang kebiasaan pembelian masing-masing konsumen individu dari brand mereka dan mungkin keinginan mereka. Dengan menganalisis data pembelian masa lalu mereka, pemilik atau pengelola brand tahu apa yang menjadi preferensi masing-masing konsumen, dan merespon mereka dengan tepat dan cepat.

Segera, brand identity harus sesuai dengan keinginan masing-masing individu. Dan sekali lagi brand tidak akan pernah lagi berbicara dengan satu citra atau satu pesan ke jutaan konsumen individu, tetapi memiliki satu juta pesan dan brand identity yang disesuaikan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Memberikan Pengalaman yang sesuai bagi setiap konsumen

Jebakan terbesar yang mengakibatkan brand sering gagal adalah tidak menanggapi tuntutan konsumen mereka ATAU menanggapi terlalu dramatis sehingga mengabaikan integritas dari brand.

Continue reading “Public Training: Strategic Brand Development 4.0”

Top 100 Indonesia Most Valuable Brand

Congratulation to all winner Brand Finance Top 100 Indonesian Most Valuable Brand. The next challenge is to be in the Brand Finance Global 500 in London, UK.

Highlight for 2019:

1. Telkom Indonesia claim the title of Indonesia’s most valuable brand, with a brand value of US$4,615million

2. The combined brand value of the top 100 brands totals US$39.3 billion with a 6% increase compared to last year

3. Four out of five strongest brands in Indonesia come from the banking sector with BCA claiming the top spot and an elite AAA+ brand rating

4. The banking sector continues to contribute 33% of the total brand value in the country, more than any other industry in Indonesia

5. PLN is the best new entrant in the 11th rank with brand value USD 653 million

“Manuver Garuda Group di Industri Penerbangan”

Menarik untuk dicermati paparan Dirut Garuda Indonesia yang baru I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari) yang menggantikan Pahala N. Mansuri yang baru menjabat selama 17 bulan.  Ari tampil dengan gaya yang kasual pada kuliah umum MMUI di gedung Prof. Wahjudi Prakarsa pada hari Jumat, 15 Februari 2019. Dengan gaya berpakaian kasual yang sudah diterapkan di Garuda Indonesia sejak menjabat, Ari mengharapkan komunikasi berjalan dengan lebih efektif karena memberi kesan tanpa sekat dan lebih kekeluargaan.

Karena waktu yang terbatas dan tidak mendapat kesempatan bertanya dan memberikan masukan dan pertanyaan secara langsung, maka saya ingin memberikan catatan terhadap paparan strategi manuver Dirut Garuda tersebut.

Dengan latar belakang yang panjang diberbagai perusahaan baik swasta dan BUMN, Ari sebagai Pilot in Command yang baru menjabat sejak bulan September 2018 ingin menerapkan strategi manuver yang simple dan down to earth untuk membawa Garuda kembali terbang tinggi.

Membangun Budaya Kerja, Membuat Karyawan Happy

Strategi pertama yang menurut Ari penting adalah menciptakan budaya kerja yang membahagiakan para karyawannya dengan menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman sesuai dengan kondisi saat ini sehingga karyawan lebih kreatif dalam melakukan inovasi produk dan layanan serta melayani penumpang dengan lebih ceria.

Tidak hanya mengandalkan kompensasi gaji yang menurutnya berada di top five perusahaan BUMN, Ari juga melakukan beberapa terobosan baru dalam bidang SDM untuk membuat karyawan happy, diantaranya memperpanjang cuti hamil karyawan wanita menjadi 5 bulan dan memberikan cuti 10 hari kepada karyawan Pria, sebagai ayah yang perlu mendampingi istri dan anak paska melahirkan.

Selain itu karyawan diijinkan untuk mengambil cuti setengah hari untuk mendukung aktifitas pribadi dan keluarga yang hanya memerlukan waktu setengah hari seperti mengurus SIM, dokumen atau mengantarkan anak ke sekolah, sehingga karyawan tidak perlu bolos, namun bisa kembali ke kantor untuk bekerja.

Garuda juga memberikan beasiswa kepada sekitar 30 karyawan muda termasuk pilot untuk melanjutkan pendidikan kejenjang Magister Manajemen di UI untuk meningkatkan kompetensi human capital dalam mengatasi tantangan utama industri penerbangan saat ini yang tengah masuk dalam fase konsolidasi, dimana terjadi antara Garuda group (Garuda, Citilink, Sriwijaya, NAM Air) yang head to head dengan Lion Group (Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo, Lion Thai).  Situasi ini tentunya harus disikapi cepat baik melalui strategi bisnis maupun strategi korporasi.

Strategi kedua yang akan dilakukan oleh Ari adalah melakukan revenue enhancement melalui beberapa program diantaranya membuka rute penerbangan internasional, menciptakan disrupsi melalui kolaborasi dengan transportasi online yang menghasilkan ancillary revenue melalui bisnis logistik yang terintegrasi yang bersifat nasional serta strategi branding yang kreatif.  Strategi kedua ini yang ingin menjadi pokok bahasan, apakah maneuver yang akan dilakukan oleh Ari signifikan bagi peningkatan pendapatan dan keuntungan Garuda dalam melakukan turn around sehingga meningkatkan shareholder value?

Membuka Rute Penerbangan Internasional Baru

Beberapa rute internasional  yang akan dibuka adalah rute Jakarta-Istambul pp. dan Jakarta-Los Angeles pp. via Incheon atau alternatif connecting flight lainnya.  Jika berdasarkan data Laporan Kinerja Operasional yang tercantum dalam Laporan Keuangan Garuda periode 2013-2017, dari aspek tariff terlihat bahwa tren yield tarif penumpang penerbangan Garuda secara umum mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 35,02 % dari USC 9,06 pada tahun 2013 menjadi USC 6,71 pada tahun 2017.

Jika dibandingkan antara yield penerbangan internasional dan domestik, maka akan terlihat lebih jelas, dimana pada periode yang sama yield penerbangan domestik mengalami penurunan sebesar 31,54% dari USC 10,76 pada tahun 2013 menjadi USC 8,18 pada tahun 2017, sedangkan yield penerbangan internasional mengalami penurunan lebih besar yaitu 33,87%, artinya dari tren, penurunan yield internasional lebih besar dari penurunan yield penerbangan domestik.

Jika membandingkan antara yield penerbangan internasional tahun 2017 sebesar USC 6,23 dengan yield penerbangan domestik pada tahun yang sama sebesar USC 8,18, maka pendapatan yang diperoleh dari penerbangan domestik jelas lebih tinggi 31,3%.

Dengan data tersebut diatas apakah keputusan Ari membuka rute penerbangan internasional adalah keputusan yang tepat dalam meningkatkan pendapatan bagi Garuda atau justru menimbulkan kerugian yang lebih besar?  Strategi apa yang akan dilakukan Ari untuk melakukan terobosan baru yang belum pernah dilakukan Garuda sebelumnya?

Manakah yang lebih mudah, memperkuat rute-rute penerbangan domestik dengan jaringan yang lebih luas dan frekwensi lebih banyak atau membuka rute-rute penerbangan baru internasional yang belum pernah dilayani Garuda Indonesia selama ini? Seberapa besar keunggulan sumber daya (resource advantage) yang dimiliki Garuda Indonesia untuk melakukan ekspansi dirute-rute internasional?

Dari aspek permintaan pasar, Garuda Indonesia harus melihat data penjualan tiket rute international Jakarta-Istambul pp. menggunakan tiket Garuda yang diterbangkan oleh Turkish Airline atau Etihad Airways dan data penjualan tiket Jakarta-Los Angeles menggunakan tiket Garuda yang diterbangkan oleh Garuda atau All Nippon Airways connecting dengan Delta Airlines. Apakah data permintaan pasar dari kota-kota di Indonesia dan sumber pasar diluar negeri terhadap rute-rute internasional tersebut cukup besar bagi Garuda Indonesia untuk melakukan penerbangan dengan frekwensi 3x hingga 7x per minggu?

Menciptakan Disrupsi Bisnis Logistik

Strategi revenue enhancement berikutnya, dengan melakukan disrupsi dalam bisnis logistik juga harus dapat dikonfirmasi berdasarkan data Laporan Kinerja Operasional.  Sayangnya, tidak terdapat data yield dan pendapatan kargo untuk dapat melihat revenue contribution dan potensi ancillary revenue yang bisa dioptimalkan dari pengembangan bisnis logistik.

Pendapatan kargo atau muatan pada industri penerbangan adalah pendapatan kedua terbesar yang kontribusinya maksimal 10-15% dari total pendapatan karena memang dibatasi Maximum Take Off Weight (MTOW), sehingga hanya memanfaatkan kapasitas muatan yang tersisa setelah dikurangi berat penumpang dan bagasi.  Apabila tingkat isian penumpang semakin tinggi maka pendapatan muatan akan semakin kecil karena kapasitasnya berkurang.

Dengan kondisi ini, apakah strategi revenue enhancement melalui disrupsi bidang logistik akan signifikan bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan pendapatan Garuda Indonesia?  Berapa persen kontribusi optimal yang bisa diterima Garuda dari disrupsi bisnis logistik?

Membangun Brand Yang Kuat

Strategi branding yang akan dilakukan oleh Ari diharapkan akan meningkatkan keuntungan operasional Garuda Indonesia.  Melalui perumpamaan antara dua merek ponsel ternama Samsung dan Apple, Ari ingin menunjukkan bagaimana Apple dapat menjual ponselnya dengan harga lebih mahal karena memiliki brand equity yang lebih kuat.

Hal ini merupakan tantangan yang menarik untuk diikuti perkembangannya bagaimana implementasi strategi branding dalam industri penerbangan karena perusahaan sekelas Apple mampu menjual produknya 3-4 kali lipat lebih mahal dari biaya untuk memproduksi ponsel yang hanya berkisar USD 300.

Apakah Garuda juga dapat melakukan hal yang sama dengan menjual harga tarif penerbangan 3-4 kali lipat dari biaya produksinya seperti Apple, jika melihat data tren yield pendapatan Garuda justru mengalami penurunan selama 4 tahun berturut-turut sebesar 35,02% yang sangat signifikan terhadap pendapatan Garuda.

Banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh Ari bersama timnya yang baru dalam mengimplementasikan strategi-strategi inovatif untuk melakukan turn around agar Garuda Indonesia dapat kembali terbang tinggi tidak hanya didomestik namun di langit Asia dan Dunia.

Selamat bertugas kepada tim manajemen Garuda Indoneisa yang baru semoga berhasil melakukan manuver dengan cepat dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, sehingga tidak perlu terjadi bongkar pasang jajaran direksi Garuda setiap 1-2 tahun karena terkesan perombakan manajemen dilakukan tanpa assessment yang akurat sehingga mampu menemukan kompetensi yang dibutuhkan, tetapi melalui metode trial and error.  Let’s fly high!

Sutan Banuara

Program Doktoral PPIM-UI

FUNDAMENTAL LEADERSHIP FOR MILLENNIALS

Twenty two senior leaders from a State Owned Enterprise was taking a retreat to Yogyakarta to implement the fundamental leadership for millennials in their team.

Yes, because leaders do need to have the requisite competencies, but more importantly, they must be able to deliver on the commitments of inspiring others, engaging teams, innovating intentionally, achieving results, and essentially, becoming purposeful.

Inspiring people. Transform their life.